Hey, hari ini Hari Ibu ya? :)
Selamat Hari Ibu untuk semua ibu hebat di dunia ini (mungkin termasuk aku? hehe)
Selamat Hari Ibu untuk semua ibu hebat di dunia ini (mungkin termasuk aku? hehe)
To be honest, I'm feeling like a tr*sh today..
Not because of my kid, it's a litte bit complicated. Seperti semua tiba-tiba tidak berjalan dengan semestinya hari ini. Banyak yang sedang atau ingin kukejar, tapi berakhir menjadi kacau semuanya. Akhirnya tidak ada yang berjalan dengan baik, dan semua malah menjadi kacau. Tidak ada achievement apapun, malah rusak sejadi-jadinya..
Salah satu akibatnya malah belum kelihatan, aku sendiri tidak tahu apa, atau kapan bom waktu itu akan meledak atau jatuh menimpaku. Ya mungkin tinggal menunggu waktu saja..
Salah satu akibatnya malah belum kelihatan, aku sendiri tidak tahu apa, atau kapan bom waktu itu akan meledak atau jatuh menimpaku. Ya mungkin tinggal menunggu waktu saja..
Hari yang kacau ini diawali dengan aku yang memutuskan telp secara sepihak (ya aku tahu ini tidak sopan), tapi pikiranku sedang kacau saat itu, dan aku mendapat telp dari nomor yang tidak kukenal. Dimana suara di seberang berbicara dengan sangat cepat, entah apa maksudnya. Tidak memperkenalkan diri dengan jelas, bicara saja terus dengan nada yang cepat seperti sebuah template. Kukira aku akan ditawari kartu kredit, tapi sepertinya bukan juga. Entah apa yang dia inginkan, tapi dia meminta data dan informasi pribadiku, seperti nama, domisili tinggal, alamat email, dan tanggal ulang tahun (?) wait.. aku yang awalnya iya-iya saja mulai memproses apa yang dia tanyakan (karena pikiranku sendiri sedang kacau dan tidak fokus ke telp tersebut). Sebentar, buat apa dia mau informasi pribadiku? Langsung kutolak dengan halus dan berdalih aku harus menutup telp karena ada meeting. Tapi suara diseberang berkeras aku harus menjawab pertanyaannya, I mean like why? 3x dia bersikeras aku harus menjawab pertanyaanya agar aku tak dihubungi kembali, 3x pula aku menolaknya dengan tahap halus-tahan2 emosi-NGEGAS. Ok yang terakhir aku sudah cukup jengah karena dengan jelas sudah kukatakan "mohon maaf saya keberatan memberikan informasi tersebut, mohon dimengerti", tapi dia tetap memaksa. Akhirnya kukatakan aku tidak bisa, selamat siang dan kemudian langsung kututup telpnya tanpa mendengar jawaban di seberang sana. Entahlah sepertinya beberapa jam dari itu, ada telp lagi tapi aku yang masih kacau dan ditambah badmood, secara otomatis mereject nomor tidak dikenal itu. Di jaman sekarang, kalau mau telp reguler itu jika terpaksa memang tidak bisa mengabari atau membuat janji telp terlebih dahulu (karena nomor asing), setidaknya bicara pelan-pelan, katakan darimana, siapa, maksud dan tujuan menelepon dengan jelas. Sepertinya janjian dulu sebelum menelepon lebih sopan (?) bisa buat janji meeting by email atau apalah. Hah.. tambah acak-acakan mood yang sudah kacau dari pagi ini.
Shock jelas, kalut, bingung, khawatir. Kacau. Pada awalnya aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Hanya bisa marah ntah kepada siapa, mungkin lebih kepada diriku sendiri. Kemudian semua perasaan campur aduk itu pecah begitu bertatap muka dengan anakku.
Aku menangis sejadi-jadinya di hadapannya, kupeluk erat dia. Di pikiranku berputar-putar kata-kata "aku tidak mau mengecewakan dia", "aku harus bisa bertahan demi dia", "aku harus kuat dan mengusahakan yang terbaik baginya", dan semua pikiran-pikiran lainnya. Itulah pertama kalinya aku menangis sejadi-jadinya di depannya. Kupeluk erat tubuh kecilnya sambil ku menangis sesenggukan dan kadang berteriak putus asa.. apakah aku ibu yang baik baginya?
Aku tahu tindakan ini tidak boleh, at least jangan menunjukkan emosi terang-terangan di depannya secara mendadak begini. Apalagi dia baru saja bangun tidur, pasti dia shock berat, "ada apa dengan ibuku ini? mengapa dia menangis?" Alhasil anakku yang baru berusia tiga tahun itu ikut merasa sedih dan hendak menangis juga karena melihatku yang menangis memeluknya. Oh sungguh aku tidak tega melihat mimik mukanya yang sangat sedih, dan air mata yang hendak keluar dari matanya.. Oh maafkan ibu nak...
Aku tidak marah dengannya, tapi mungkin dia mengira aku marah, makanya dia menangis. Aku berpelukan dan 'bersandar' padanya selama sepuluh menit penuh. Aku benar-benar merasa sangat terpuruk dan tidak tahu harus berbuat apa selain menangis.. ya kepada anak kecil..
Apakah aku sudah layak disebut sebagai ibu yang payah?
Apakah aku sudah layak disebut sebagai ibu yang payah?
Aku hanya merasa sedang sangat overwhelmed dengan semuanya, dengan semua beban dan tanggung jawab, dengan kesalahpahaman, dengan kekhawatiran, dengan kesakitan, dan dengan semuanya..
Maafkan ibu ya naak.. ibu sekarang sudah lebih tenang. Sudah lebih damai karena lebih baik pasrah dan ikhlas atas semua (dan apa yang akan) terjadi. Terimakasih sudah mau ibu bagi beban. Maafkan ibu..
Ibu sayang kamu.
0 comments:
Post a Comment
Add Coments Below :