Ini adalah sebuah dongeng cerita pendek pertama karangan saya sendiri. Sedikit bocoran, cerita ini termasuk dalam kategori seram, jadi apabila kamu merasa masih membutuhkan dampingan seseorang saat membaca cerita ini, carilah segera. Karena saya ingatkan sekali lagi, ini bukan cerita tentang putri dan ibu peri.
Nah, mari kita mulai :)
****************************************************************
Di sebuah rumah yang terletak dipinggiran kota besar, hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, tiga orang anaknya, serta seorang Kakek. Mereka tinggal di sebuah rumah yang sedikit klasik tapi tidak terlalu kuno. Rumah ini memiliki bangunan jaman dahulu yang kokoh temboknya, catnya yang dibiarkan mengelupas termakan cuaca dan waktu, serta langit-langitnya yang tinggi. Bangunan itu dikelilingi dengan beberapa sulur-sulur tanaman merambat. Memang tidak terlalu bersih, tapi masih nyaman untuk ditinggali.
Rumah itu juga memiliki pekarangan yang lumayan luas di bagian depannya. Namun di bagian belakang, terdapat pemakaman kecil, khusus untuk keluarga-keluarga terdekat mereka yang telah meninggal. Sebagai penutup, rumah tersebut memiliki pagar hitam tinggi di jalan masuknya, pagar ini berada jauh di depan partisi rumah.
Penghuni rumah tersebut adalah sebuah keluarga yang sangat pendiam, tertutup, serta tidak menyukai keramaian. Bahkan hal ini terjadi juga pada semua anak-anaknya. Semua dengan damai, aman, dan tenang tinggal di dalam rumah tersebut. Hingga pada suatu hari, Si Bungsu menemukan suatu zat yang berbentuk menyerupai cairan namun sedikit keras, kau bisa mengenalinya sebagai jeli atau semacam agar-agar kenyal yang ditemukan Si Bungsu di halaman belakang rumah.
Dengan penasaran, Si Bungsu membawa benda asing tersebut masuk kedalam rumah, kemudian memasukkannya ke dalam stoples kaca dan menutupnya rapat-rapat. Karena tidak tahu benda apa itu, maka Si Bungsu membiarkan saja benda tersebut terus berada di dalam stoples.
Yang tidak diketahui Si Bungsu adalah, sebenarnya benda tersebut merupakan embrio dari sejenis spesies monster dari planet lain yang tanpa sengaja terjatuh ke bumi. Dan kebetulan, tempat jatuh benda tersebut adalah di rumah tersebut. Embrio tersebut dapat dengan mudah menyusup keluar dari stoples kaca itu dan mencari media inang agar dia bisa hidup dengan lebih beradab daripada hanya berbentuk seperti agar-agar.
Benda itu terus merambat dengan cara seperti pergerakan hewan amoeba. Kemudian masuk ke sebuah celah di seluruh penjuru rumah. Hingga akhirnya dia sampai ke halaman belakang. Dituntun oleh instingnya, dia mendapati media yang dia rasa cocok untuk tempat tinggal parasitnya. Ya, tanpa pikir panjang, dia segera mengambil kesempatannya, dia masuk ke dalam tubuh (maksudku mayat) adik dari Sang Ibu, yaitu Bibi Si Bungsu yang belum lama ini meninggal dunia. Seketika tubuh Bibi terbangun dari tidurnya lalu mencari jalan keluar dari pemakamannya sendiri.
Bibi memang tidak hidup kembali tapi dia biasa berjalan, memegang, berinteraksi, dan sebagainya. Jika kau bisa membayangkan mayat hidup atau zombie, ya kurang lebih seperti itulah dia. Sifat dari embrio parasit ini adalah pada awalnya memang membutuhkan tubuh inang untuk bertahan hidup. Bibi terus berjalan dan berjalan masuk kedalam rumah, hingga suatu ketika Si Bungsu melihatnya. Si Bungsu lalu tertegun, kemudian dengan sangat tercengang, dia memanggil.. "Bibi..." Si Bibi kemudian menoleh pelan ke arah si bungsu, dan dengan berjalan pelan, berat, serta terseret-seret, Bibi menghampiri Si Bungsu..
Si Bungsu ketakutan dan berteriak memanggil seluruh isi rumah. Semua tergopoh-gopoh datang mendengar teriakan Si Bungsu, "Bibi hidup lagi...! Bibi ada disini!"
Seminggu berselang sejak kejadian itu, seluruh anggota keluarga dirumah itu telah berubah. Keadaan menjadi sangat mencekam, dan mereka terpenjara dirumah mereka sendiri. Dalam waktu tujuh hari, parasit hijau itu telah beranak-pinak dengan cepat dan telah berhasil menciptakan monster-monster ganas serta zombie yang lainnya. Monster-monster ini telah mampu berevolusi, sehingga tidak lagi memerlukan tubuh atau inang sebagai media parasitnya.
Monster ini berbadan ekstra besar, tingggi, dengan tubuh berlendir, dan mampu mengeluarkan semacam cairan yang mampu menginfeksi setiap manusia yang terkena cairan tersebut, dan membuatnya menjadi zombie.Keluarga tersebut terpenjara di dalam rumah, Si Bibi sebagai pemimpin monster-monster yang ada di rumah itu, memerintahkan untuk tidak membiarkan seorang pun anggota keluarga melarikan diri atau keluar rumah. Dan hasilnya, tak ada seorang pun yang bisa keluar karena tak mau terkena resiko menjadi zombie.
Namun keadaan sudah semakin memuncak dan Kakek tak tahan lagi. Dia merencanakan pelariannya. Semua anggota keluarga yang diajaknya melarikan diri menciut nyalinya dan menyatakan tidak akan ikut rencana pelarian yang penuh resiko ini. Tanpa diketahui Kakek, Si Bungsu ternyata menggebu-gebu menyetujui rencana ini. Hanya saja dia tak mengatakannya kepada Kakek. Jadilah Kakek beranggapan hanya dia seorang yang akan melarikan diri.
Pada hari yang telah ditentukan, Sang Kakek berlari dengan kencang ke arah pagar yang terletak di depan rumah yang sangat jauh. Tanpa dia sadari, disana telah menunggu salah satu prajurit monster yang besar dan mengerikan. Melihat Kakek yang ingin melarikan diri, dia langsung menyemburkan racunnya secara membabi-buta. Sang Kakek yang mengetahui serangan pada detik terakhir ini, segera menghindar dan berkelit dengan susah payah sebisa mungkin, sesuai dengan kemampuan tubuhnya yang kurus dan ringkih itu. Namun malang, Sang Kakek terkena sedikit cairan racun tersebut dan racun tersebut dengan segera bermutasi menjadi monster lidah bertanduk ekstra besar yang menempel di tubuh Kakek. Tanpa pikir panjang, Kakek segera memotong lidah bertanduk itu dengan pisau lipat yang dibawanya untuk berjaga-jaga.
Dengan susah payah, dia menaiki dan melompati pagar, ingin segera sampai diluar rumah. Sementara monster ekstra besar itu terus mengejarnya dibelakang dan semakin dekat. Ketika tenaga Kakek hampir habis, dia akhirnya berhasil menjatuhkan diri di bagian luar pagar rumah. Dia belum bisa bangun apalagi berlari meminta pertolongan. Dia hanya bisa terengah-engah dan mengisi oksigen sebanyak-banyaknya ke paru-parunya yang sudah tua, hingga tiba-tiba dia dinaungi oleh sebuah bayangan hitam besar...
Bayangan hitam itu secara paksa dan sedikit terburu-buru manariknya berdiri, kemudian menaikkannya kebagian belakang jok sepeda kayuh! Ya, bayangan hitam itu ternyata adalah Si Bungsu. Kakek sangat terheran-heran bagaimana caranya Si Bungsu bisa lolos dan berada di luar rumah. Tapi tak ada waktu untuk berbincang-bincang sekarang, begitu Kakek aman berada di boncengan sepedanya, Si Bungsu lantas segera mengayuh sepedanya dengan tenaga maksimal yang dia paksakan.
Mereka belum berada cukup jauh dengan rumah, tapi Kakek menyarankan untuk bergantian membonceng. Si bungsu menolak, dan akhirnya Kakek berkeras untuk mendorong sepeda tersebut dengan sisa kekuatannya, membuatnya agar semakin kencang berjalan. Perasaan diburu itu tetap ada dan terus menghantui mereka sepanjang perjalanan dan kemanapun mereka pergi, sehingga mereka tak pernah berani memperlambat langkah walaupun mereka telah amat sangat kecapaian.
Mereka pergi ke kota mencari kerumunan dan keramaian, maka pergilah mereka ke pasar. Membeli sedikit makanan sebagai asupan energi sekaligus cadangan makanan. Kemudian berharap ada orang yang mau percaya cerita mereka serta menolongnya. Tapi tak pernah ada orang yang percaya dengan cerita mereka tentang monster yang datang ke bumi tersebut.
Sampai pada akhirnya, secara tak terduga mereka bertemu dengan Paman Si Bungsu. Mereka menceritakan segalanya kepada Paman, dan dengan wajah datar tanpa ekspresi, Paman berkata bahwa dia perlu bukti untuk menolong mereka. Paman minta diantar kerumah. Kakek dan Bungsu menolak, tapi Paman tetap bersikeras, itulah syaratnya jika mereka mau paman menolong mereka. Sebenarnya dalam hati Paman, Paman sangat penasaran dengan “Bibi yang hidup lagi” dan berharap keluarganya akan utuh lagi. Cerita tentang monster, Paman anggap cuma bualan dan imajinasi Bungsu dan Kakek yang berlebihan.
Maka, berangkatlah mereka bertiga kerumah itu lagi. Sampai di depan gerbang, Kakek dan Bungsu terlalu takut untuk masuk kembali kerumah tersebut, jadi mereka memilih untuk menunggu diluar. Sedangkan Paman, dengan tidak sabarnya, malah sibuk memencet-mencet tombol bel. Kemudian dari dalam, secara tidak sengaja, dia melihat siluet Bibi yang sedang berjalan di halaman..
Tanpa pikir panjang, Paman langsung masuk dengan tergesa-gesa, tak menghiraukan panggilan, teriakan, dan cegahan dari Kakek dan Bungsu diluar. Sebelum sampai kepada Bibi, Paman telah disergap oleh monster lidah tanduk. Dan, berakhirlah hidup Paman...Kakek dan Bungsu sangat terpukul dan mereka tak ada pilihan lain selain melarikan diri, daripada resiko tertangkap lagi.
Lama hari berselang, Kakek dan Bungsu telah menyewa rumah kecil dan sederhana di pinggir kota, yang terletak sangat jauh dari rumah mereka yang dulu. Rumah kecil itu mereka tinggali berdua saja, tanpa sekalipun lagi mereka mengungkit-ungkit lagi kejadian di rumah mereka dulu. Mereka juga tak pernah mendengar kabar tentang keluarga mereka lagi...
_SELESAI_
****************************************************************
Yah begitulah hasil cerita karangan saya. Maaf kalau alurnya kurang jelas, penokohan kurang kuat, tidak adanya nama bagi para tokoh, dan kekurangan-kekurangan lainnya. Maklum baru cerita pertama (tolong jangan dikritik terlalu pedas dan sadis. haha). Maaf juga jika alur, gaya penulisan, opening story, klimaks, dan closing cerita kadang masih terasa aneh. Saya berjanji jika suatu saat sudah mendapat inspirasi cerita lagi, saya akan menulis kisah cerita lain yang (semoga) lebih baik dari segi cerita, tulisan, penokohan, alur, dan lain sebagainya. Semoga para pembaca tidak kecewa ya dengan salah satu cerita saya ini :)
"Imajinasi kita adalah batas yang sebenarnya dari apa yang bisa kita miliki di hari esok" - Dorthea Brande
0 comments:
Post a Comment
Add Coments Below :