Who's exciting for prewedding photography story?? hohoho~
Well, kali ini saya memang akan menceritakan kisah tentang sesi pemotretan prewedding yang saya lakukan #ihirr. Nah, sesungguhnya foto prewed ini saya lakukan sudah sejak Bulan Desember 2017 di Yogyakarta. Waduh, memang tergolong sudah lumayan lama. Maaf ya baru bisa share π Nah, kira-kira kisah runtutnya seperti ini.
Gimana ceritanya kok (akhirnya) memutuskan untuk foto prewed?
Jadi ide ini tercetus pada saat malam-malam pembicaraan random kami melalui telepon, diawali dengan celetukan "gimana kalau kita foto prewed?" Well yah, dari saya sih sebenernya celetukannya. Haha. Tapi pasangan saya itu memang ‘nggak ada ide’ kalau disuruh mencetuskan sesuatu yang revolusioner. Yah, reaksi pertamanya tentu kaget. Karena memang sebetulnya kami ini belum lamaran! Lha, kok berani-beraninya mau prewed?? wakaka! π€£
Jadi saya berfikir, foto prewed itu tidak harus dilakukan setelah acara lamaran dilangsungkan. Yah, nggak tahu juga memang waktu itu mau lamaran kapan, intinya sih kami udah yakin maju ke jenjang berikutnya *cieh! πTapi misalnya pun acara lamaran masih lama, kan nanti hasil foto prewednya bisa digunakan buat stock foto lucu gitu. Toh selama ini kami memang belum pernah foto yang ‘niat’ pakai MUA. Terus, alasan kedua saya adalah misalnya acara lamaran masih lama, melakukan sesi foto prewed sekarang tuh nggak ada ruginya, karena kan hitung-hitung bisa mengurangi budget buat prepare acara lamaran dan nikah nanti. Ide itu saya sampaikan secara jujur dan terbuka, dan Alhamdulillah diterima dengan baik dan penuh senyuman. Haha π
Cerita nemuin vendor-vendor
Pada dasarnya pasangan saya ini paling nggak bisa, atau nggak suka jadi semacam leader (khusus dalam hal-hal beginian). Contoh lainnya adalah pada saat traveling, dia paling nggak suka atau nggak bisa (?) kalau disuruh nyusun itinerary, nyari-nyari transport, penginapan, dan lain-lainnya. Lha ini sama kasusnya untuk foto prewed. Jadi mau gak mau, tetap saya yang diangkat menjadi duta nyari vendor demi foto prewed yang hqq. Baiklah!
Jadi step-step yang saya lakukan adalah sebagai berikut :
Pertama, saya nyari-nyari vendor yang kira-kira harganya masih masuk akal dan masuk budget, tapi dengan hasil yang oke. Nah, sama dengan yang dilakukan banyak pasangan lain, saya mulai nyari-nyari vendor, lihat portofolio, minta price list, dan lain-lain. Akhirnya nemu beberapa vendor yang cocok. Semakin lama vendor semakin mengerucut, dan ada juga yang bentrok jadwal. Akhirnya saya memilih salah satu vendor dan minta persetujuan pasangan, dan syukurlah dia juga cocok-cocok saja. Hehe
Salah satu tantangan adalah soal sewa baju yang akan dikenakan untuk foto. Jadi saya dan pasangan itu niatnya pengen yang tema Jawa gitu. Cuma yang Jawa klasik, bukan modern. Kebetulan lokasi yang paling cocok kayaknya sih di Jogja. Jadi ya nyari-nyari vendor baju Jawa klasik di daerah Jogja aja, tapi ternyata susahnya minta ampun! Tidak ada yang sesuai dengan baju Jawa yang saya idam-idamkan. Barulah nemu di salon daerah Solo. Dan dengan berbagai pertimbangan, akhirnya diambillah opsi sewa baju di Solo itu. Agak ribet sih memang, ngambil dan balikinnya ribet harus Jogja-Solo, tapi ya mau bagaimana lagi. Waktu berangkat ngambil, saya masih ditemenin temen-temen saya yang ada di Solo, hehe. Waktu balikin bajunya dianter sama pasangan juga sih, syukurlah.
Oke, booking fotografer fix, tempat fix, baju fix, MUA fix juga, tibalah ke moment yang dinanti-nanti yaitu sesi pemotretan prewedding. Yeay! Sehari sebelum pemotretan, saya berangkat dari Surabaya dan turun di stasiun Solo buat ngambil baju. Sore saya naik kereta dari Solo ke Jogja dan dijemput sama driver penginapan. Kebetulan memang lokasi foto saya besok di penginapan tersebut, dan saya sudah booked kamar pada hari itu sampai besok. Sampai disana, saya sedikit leyeh-leyeh bentar, karena capek sist, abis muter-muter Solo. Selain itu, saya juga masih amazed sama interior penginapan yang saya sewa. Nuansanya itu Jawa klasik banget, sangat sesuai dengan yang saya idam-idamkan. Jadi kamarnya hanya menggunakan penerangan dari lampu bohlam kuning dengan tempat lampu jaman dulu gitu loh, digantung di langit-langit. Oh ya, pasangan saya baru bisa datang besok subuhnya, karena kerja lembur bagai quda sampai malam dan masih perjalanan ke Jogja. Jadi intinya saya memang sendirian saja di tempat itu.
Waktu leyeh-leyeh juga saya habiskan untuk menelusur seluruh sudut isi kamar, Jawa banget asli! Lalu tiba-tiba ada ketukan pintu, dan waktu saya buka, ternyata dianterin makan malam dong sama restonya, syukurlah. Saya makan malam dalam nuansa keheningan karena memang di dalam kamar tersebut nggak ada televisi nya guys! Haha. Yah sejujurnya agak krik-krik juga sih, nggak ada suara apapun, nggak ada teman ngobrol, dan cuma makan sendirian. Akhirnya mata saya melayang kemana-mana menelusur seisi ruangan lagi. Dan kemudian telinga saya menangkap suara agak aneh, yang berasal dari arah AC. Oke, saya abaikan, saya makan lagi dengan cuek. Kemudian suara tersebut terdengar lagi, dan otomatis pandangan mata saya langsung menuju kemana pendengaran telinga saya menuntun, yaitu di daerah AC. Lama saya amati, ada apakah gerangan di AC tersebut sehingga menimbulkan bunyi aneh dan tidak bisa diabaikan itu. Bunyinya itu seperti ‘klotak-klotak’ cuma lebih ringan, bukan semacam bunyi ketukan di pintu. Kemudian tak lama, pandangan saya jatuh kepada sesosok makhluk agak hitam yang menempel di belakang AC. Saya terpaku cukup lama ke bayangan hewan tersebut, dan lama-lama, pupil mata saya mengenali bahwasanya makhluk tersebut adalah tokek!! Oh my life! π± Reaksi pertama tentu terkejut luar biasa, reaksi kedua tentu saja ketakutan dong! Gimana kalau tiba-tiba tuh tokek jatuh menimpa saya yang lagi asyik dinner dibawahnya? Yaelah.. π©
Kira-kira beginilah penampakan ruang / kamar yang saya tempati malam itu. Mon maap foto cuma diambil pakai kamera handphone waktu itu, karena emang nggak mau sok berani foto-foto lingkungan sekitar. haha
|
penampakan kasur dan ruang tengah / meja makan |
|
inilah lokasi AC ber-tokek dan pintu yang mengarah ke kamar mandi. pintunya jg bonus kelambu putih lho |
Oke, langkah yang saya tempuh tentu adalah menelepon resepsionis hotel. Laporan bahwa ada tokek di dalam kamar saya. Oh ya, biar saya jelaskan ya tentang interior kamar ini. Jadi kamar ini langit-langitnya cukup tinggi, namun nggak ada plafonnya. Jadi pandangan mata bisa langsung tembus ke genteng dan rangka kayu diatas kepala. Tidak lama, petugas hotel datang, dan membawa… sapu! π Oh my life, sapu rumah biasa guys, yang biasa untuk menyapu rumah. Bagaimana bisa mengusir tokek yang berada di langit-langit yang sangat tinggi itu?? Dengan sangsi saya tanya kepada bapaknya, “Pak, memang sampai ya Pak, ke langit-langit? Memang nggak ada alat lain ya pak, buat menangkap tokeknya?” dan dengan santainya si bapak menjawab, “ini saya memang nggak bisa nangkep mbak, bisanya cuma ngusir”. Jadi maksudnya si bapak ini kurang lebih begini : dengan senjata sapu yang dimilikinya, si bapak hendak memindahkan lokasi ‘penempelan’ si tokek di langit-langit. Whatt???!! Gimana kalau tokeknya malah marah atau ketakutan trus jatuh gara-gara diganggu sapu tak sampai semampai itu????!! π
Akhirnya si bapak menjelaskan kalau si tokek itu emang udah ‘biasa tinggal’ di dalam kamar tersebut. Udah rumahnya dia katanya. Jadi misalnya berhasil ditangkap dan dibuang, pasti percuma karena doi bakal balik lagi ntar kedalam kamar itu. What de…. π Okelah kata-kata kasar saya telan kembali. Saya hanya tidak habis pikir dan percaya dengan perkataan si bapak. Baiklah, akhirnya si bapak ngeloyor pergi tanpa hasil apa-apa, dan si tokek tetap di singgasananya mengawasi saya melanjutkan makan malam. Glek! π¨ Saya tetap makan walaupun jadi kehilangan nafsu makan, ya gimana, laper. Saya makan sambil pandangan mata tetap keatas mengawasi posisi tuh tokek, takut sewaktu-waktu dia memutuskan untuk jatoh, hiiyyy!! Keparnoan sayapun kembali, saya mencoba menelusur langit-langit genteng diatas ubun-ubun saya, yah siapa tahu kan ya, tokeknya kesana. Eh ternyata memang benar ada tokek diatas ubun-ubun saya! π±πPandangan langsung saya edarkan tajam ke belakang AC, tokek tadi masih ada! Wah, berarti ini the another tokek!! What the…! π Mata saya menelusur lagi, dan ternyata masih ada satu lagi tokek diatas kepala sayaaa.. huaaaa… (nangis-pengen kabur)! πππ
|
pintu yang mengarah ke kamar mandi + bonus meja rias yang yah.. begitulah |
Nafsu makan saya hilang sudah, tiba-tiba jadi nggak laper sama sekali. Me versus tiga tokek, oke saya nyerah! Saya langsung menuju ke kasur untuk mengamankan diri. Tapi parno lagi ngeliatin langit-langit kasur yang dari kayu jati tua gitu, semacam kasur ada tiangnya kaya punya simbah begitu lho. Saya takut ada tokeknya juga dikasur *parno abis! Untunglah nggak ada. Langsung saya pasang dan play musik online di kamar kenceng-kenceng. Untung masih ada colokan listrik didalam kamar *yaiyalah, memangnya itu hutan? Plis π
|
ada kolam renang di belakang kamar pas, ada pintu shortcut dari kamar ke kolam renang ini |
Tapi lama-lama saya bosan juga, dan lama-lama kok lapar lagi? Haha.. masih lapar lebih tepatnya. Akhirnya saya memberanikan diri balik ke meja makan, dan melanjutkan makan dibawah naungan para tokek! Haha.. Lucu juga, tapi lama-lama saya menganggap mereka sebagai ‘teman’ saya di kamar yang hening dan krik-krik itu. Saya udah kaya orang gila saking sepinya dan butuh temen ngobrol. Saya ngajakin mereka ngobrol, nanyain kabar mereka, kenalan, tujuan saya kesana mau ngapain, udah berapa lama mereka tinggal disana, mereka udah makan belum, laper nggak, *eh kok malah keterusan baper (ya sebenernya ngeri juga sih kalau tiba-tiba tokeknya bisa jawab. hiii) π¨
Moment kemudian berlanjut ke saat-saat mendebarkan lainnya, yaitu mandi! Saat itu udah hampir tengah malem, ya jam 11an lah. Abis perjalanan jauh gitu, pasti bau kecut kan, dan badan juga udah pliket nggak enak sama sekali. Mau nggak mau saya harus mandi. Dengan hati-hati ngambil handuk di cantolan dibawah AC bertokek, takut dia kaget terus jatoh! π± Untunglah aman. Kemudian saya melenggang ke kamar mandi luar - eh dalem, eh gimana ya jelasinnya? Jadi pada dasarnya kamar mandi itu masih ada di dalam kompleks bangunan tembok kamar, cuma nggak tau kenapa, arsiteknya memutuskan untuk menaruh kamar mandi itu setengah diluar bangunan kamar. Jadi kalau dari kamar, saya harus membuka pintu yang seolah-olah keluar, tapi ternyata itu masih part of room. Ruangan kamar mandi luas banget, dengan interior yang modern : WC duduk, wastafel, dan bahkan shower with bathup walaupun dibangun dari semacam batuan alam. Enak nih kayaknya kalau pagi bisa berendam disini.
|
beginilah gambaran nuansa indoor / outdoor (?) bathroom - lihat posisi cermin wastafel sebelah kiri |
Masalahnya ini saya mandi malam, hampir tengah malam pula! Untunglah bukan mandi kembang tengah malam~π© Jadi kamar mandi ini dikelilingi tembok tinggi, namun tak beratap! Alias nggak ada langit-langitnya sama sekali. Jadi kalau lihat atas, langsung deh ngliatin bintang-bintang langit malam, ditambah dengan semilir angin malam dari sawah dibalik tembok yang nggak mudah juga untuk diabaikan. Untunglah lampu penerangan kamar mandi ini warnanya putih, ya walaupun nggak bisa menerangi seluruh area kamar mandi. Saya gosok gigi dulu dengan pakaian lengkap di wastafel, tentu dengan pintu ke kamar yang tetap saya biarkan terbuka lebar (tapi pintu kamar depan saya kunci dari dalam ya). Waktu gosok gigi, sedikit creepy juga sih, karena kan kita ngeliatin kaca wastafel nih, mana belakang kita itu langsung tembok dan diatas tembok udah nggak ada apa-apa lagi, melainkan langit malam berbintang. Minimnya suara ini ditutup sama bunyi-bunyian dari hewan di sawah dibalik tembok, ngeri banget gaess!! π©π¨ Oke saya memang meminimalisir untuk kontak mata dengan kaca wastafel sesering mungkin, kebanyakan sih saya nunduk ngeliatin kran air aja. Ya you know lah, untuk menghindari hal-hal yang benar-benar tidak diinginkan. Sip!
|
wastafel kalau siang - nggak nyeremin sama sekali apalagi ditambah modelnya cantik begitu *ehem |
Oke tahap berikutnya adalah yang paling berat, yaitu mandi nyiram badan. Saya emang nggak ada niatan sama sekali sih buat berendam lama-lama di bathup. Pokoknya mandi cepet, asal selesai dan bersih. Pertama agak takut juga kalau nggak ada air hangatnya, eh syukurlah ada. Sambil mandi, pandangan saya mengedar ke atas lagi, dan di sudut tentu saja ada tokek lagi donggg!! *bosen sama tokek π© Tapi yang mengherankan, saya tidak merasa takut, malah lega, karena merasa ada temannya, lah! π
Iya, jadi untuk mengusir rasa takut, itu tokek saya lihatin terus dan saya ajak ngobrol. Haha! Jangan-jangan memang saya sudah gila, atau depresi tingkat tinggi. Sepintas, saya agak malu juga lagi mandi tapi dilihatin sepasang mata gitu, kan risih-risih malu gimana gitu sist, haha! π
Acara mandi tengah malam yang mendebarkan akhirnya selesai! πSaya handukan dan pakai baju dikamar, pintu ke kamar mandi langsung saya kunci. Udah, nggak minum air lagi, biar nggak perlu pipis! Haha. Oke saya balik ke kamar sambil lihatin tokek dalam kamar, oke tetap ada tiga seperti sedia kala, lega *lah! Pokoknya habis itu kegiatan saya cuma duduk lagi di meja makan tengah kamar, kemudian berbaring aja dikasur, sapa tau bisa langsung tidur. Tapi herannya saya nggak ada perasaan ngantuk sama sekali lho. Entah kenapa, saat memejamkan mata, perasaan lagi diawasi oleh ‘nggak-tau-apa’ di dalam kamar itu kuat banget. Saya otomatis jadi langsung melek lebar-lebar lagi! Padahal posisi tidur saya waktu itu miring menghadap ke kamar, bukan tembok kasur. Ya kali kalau memunggungi kamar tiba-tiba ada yang nepok dari belakang, hiiyyy amit-amit!! π±Jadi saya memilih menghadapi medan mengerikan itu face to face walaupun nggak berani sama sekali! Haha, pie toh?! Endingnya pokoknya saya cuma tidur-tidur ayam lah. Kebangun, kadang tidur, nggak nyenyak pokoknya. Perasaan saya agak lega waktu mendapati ketukan di pintu waktu hampir subuh. Yup, ketukan pasangan saya dataangggg *terharu sekaligus lega luar biasa ada temennya, bukan tokek lagi *hiks π₯
|
wefie dulu sama team fotografer |
Kami duduk-duduk ngobrol bentar, lalu habis subuh saya langsung mandi (lagi) karena bentar lagi MUA pasti datang untuk mendandani saya. Dan benar aja, waktu mandi hampir selesai, si mba MUA udah datang. Jadilah saya harus menyelesaikan mandi cepat-cepat. Nggak sempet sarapan juga sih, karena satu jam kemudian, team photographer datang. Kami melakukan banyak sesi foto di berbagai spot / lokasi pemotretan. Waktu foto sih asyik-asyik aja, dan kira-kira tengah hari, sesi foto selesai. Lega sekaligus deg-deg an nunggu hasilnya. Saya langsung bersihin muka dan mandi (lagi) buat bersihin sisa-sisa makeup. Heran, banyak banget ya cerita mandinya. Ok, setelah selesai sesi pemotretan, kami langsung berangkat ke Solo buat balikin baju sewaan, wuaduh capek berat lah pokoknya. Tapi ya senang sih, udah plong berkurang satu tanggungan before wedding. Oh ya, update ya, hasil fotonya sih cucok-cucok binggo ya, sengaja saya cuma upload dikit di blog, lihat aja di Instagram, haha. Yah keren lah pokoknya, sesuai dengan yang diharapkan. Ya walaupun dibalik layar saya harus mengalami proses ‘amazing’ itu terlebih dulu. Hehe. Yah, buat pengalaman lah ya. Kalau misalnya ditanya mau balik kesana nggak? Hmm.. kalau siang sih oke, tapi kalau nginep, nggak dulu deh π
Gimana kalau kalian? Punya cerita 'amazing' juga soal foto prewedding? Cerita yuk! π